Indikator 33 UN 2013 :
Siswa dapat mengidentifikasi jenis-jenis tanah
Pelapukan yang terjadi pada batuan hingga menjadi tanah dapat dipengaruhi oleh berbagi faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan batuan tersebut antara lain:
1. Iklim
Pengaruh iklim dapat berupa suhu dan curah hujan di suatu daerah. Semakin tinggi suhu dan curah hujan di suatu tempat, maka pelapukan yang terjadi pada batuan akan semakin cepat .
2. Jenis batuan
Satu jenis batuan dengan batuan lain akan tidak sama proses pelapukannya.
3. Waktu
Umur terbentuknya suatu batuan akan sangat berpengaruh dalam terjadinya pelapukan.
Selain karena faktor-faktor diatas, jenis-jenis pelapukan pada berbagai jenis batuan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:
Pengaruh iklim dapat berupa suhu dan curah hujan di suatu daerah. Semakin tinggi suhu dan curah hujan di suatu tempat, maka pelapukan yang terjadi pada batuan akan semakin cepat .
2. Jenis batuan
Satu jenis batuan dengan batuan lain akan tidak sama proses pelapukannya.
3. Waktu
Umur terbentuknya suatu batuan akan sangat berpengaruh dalam terjadinya pelapukan.
Selain karena faktor-faktor diatas, jenis-jenis pelapukan pada berbagai jenis batuan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:
- Pelapukan biologis, yaitu pelapukan yang disebabkan oleh aktifitas makhluk hidup pada sebuah batuan, lumut adalah salah satu contohnya. Lumut dapat mengeluarkan sebuah zat yang bersifat asam sehingga batuan yang ditumbuhi lumut akan semakin cepat mengalami pelapukan. Selain lumut, akar pohon-pohon besar yang menghujam batuan akan semakin mempercepat pelapukan karena akan memecah batuan yang dihujamnya.
- Pelapukan fisika, yaitu pelapukan yang disebabkan faktor-faktor dari alam misalnya cuaca, suhu, sinar matahari, dan angin. Sebagai contohnya suhu yang sangat tinggi di siang hari akan membuat batuan menjati terpanaskan dan mengembang. Sementara itu di malam hari suhu udara menjadi sangat rendah sehingga batuan mengalami pengerutan. Karena batuan mengalami pengkerutan dan pengembangan secara bergantian, maka lama-lama batuan akan retak dan akan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
- Pelapukan kimia, yaitu pelapukan batuan yang disebabkan oleh pengaruh bahan kimia. Salah satu contoh pelapukan kimia adalah yang disebabkan oleh hujan asam.
Jenis-jenis tanah
a. Tanah Vulkanik
Tanah vulkanik adalah tanah hasil pelapukan abu vulkanik dari gunung berapi. Tanah vulkanik dibagi menjadi dua.
- Regosol. Tanah regosol berciri-ciri: berbutir kasar, berwarna kelabu sampai kuning, dan berbahan organik sedikit. Tanah ini cocok untuk tanaman palawija (seperti jagung), tembakau, dan buah-buahan. Jenis tanah ini banyak terdapat di P. Sumatra, Jawa, dan Nusa Tenggara.
- Latosol. Tanah latosol berciri-ciri: berwarna merah hingga kuning, kandungan bahan organik sedang, dan bersifat asam. Tanah ini cocok untuk tanaman palawija, padi, kelapa, karet, kopi, dll. Jenis tanah ini banyak terdapat di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bali, Jawa, Minahasa, dan Papua.
Tanah Regosol |
b. Tanah Organosol
Tanah organosol merupakan tanah hasil
pelapukan bahan-bahan organik. Biasanya bersifat subur. Tanah jenis ini
dibagi dua juga, yaitu:
- Tanah Humus, merupakan tanah hasil pembusukan bahan-bahan organik dan bersifat sangat subur. Tanah humus berwarna kecoklatan dan cocok untuk tanaman kelapa, nanas, dan padi. Tanah jenis ini banyak terdapat di P. Sumatra, Sulawesi, Jawa Barat, Kalimantan, dan Papua.
- Tanah Gambut, merupakan tanah hasil pembusukan yang
kurang sempurna di daerah yang selalu tergenang air seperti rawa. Tanah
ini kurang baik untuk pertanian karena kurang subur dan selalu
tergenang air. Tanah gambut banyak terdapat di Kalimantan Barat, pantai
timur Sumatra, dan pantai selatan-barat Papua.
c. Tanah Aluvium (Alluvial)Tanah aluvium adalah tanah hasil erosi yang diendapkan di dataran rendah. Ciri-ciri tanah aluvium adalah berwarna kelabu dan subur. Tanah ini cocok untuk tanaman padi, palawija, tebu, kelapa, tembakau, dan buah-buahan. Tanah jenis ini banyak terdapat di Sumatra bagian Timur, Jawa bagian utara, Kalimantan bagian barat dan selatan, serta Papua utara dan selatan.d. Tanah PodzolTanah ini terbentuk akibat pengaruh curah hujan yang tinggi dan suhu yang rendah. Tanah podzol bercirikan miskin unsur hara, tidak subur, dan berwarna merah sampai kuning. Tanah ini baik untuk tanaman kelapa dan jambu mete. Tanah podzol banyak dijumpai di daerah pegunungan tinggi Sumatra, Jabar, Sulawesi, Maluku, Kalimantan, dan Papua.e. Tanah LateritTanah laterit adala tanah hasil ‘pencucian’ sehingga kurang subur, kehilangan unsur hara, dan tandus. Tanah ini awalnya subur namun karena zat haranya dilarutkan oleh air maka menjadi tidak subur. Warna tanah ini kekuningan sampai merah. Tanah ini baik untuk kelapa dan jambu mete. Tanah jenis ini banyak terdapat di Jawa Tengah, Lampung, Jabar, Kal-Bar, dan Sulawesi Tenggara.f. Tanah LitosolTanah litosol adalah tanah hasil pelapukan batuan beku dan batuan sedimen yang baru terbentuk sehingga butirannya besar. Ciri-ciri tanah ini yaitu miskin unsur hara dan mineralnya masih terikat pada butiran yang besar. Tanah litosol kurang subur sehingga hanya cocok bagi tanaman-tanaman besar di hutan. Tanah litosol banya terdapat di P. Sumatra, Jawa Tengah dan Timur, Nusa Tenggara, Maluku selatan, dan Papua.g. Tanah KapurTanah kapur merupakan hasil pelapukan batuan kapur (gamping). Tanah ini terbagi jadi dua jenis.- Renzina. Tanah ini merupakan hasil pelapukan batuan kapur di daerah dengan curah hujan tinggi. Ciri tanah ini yaitu berwarna hitam dan miskin zat hara. Tanah renzina banyak terdapat di daerah berkapur seperti Gunung Kidul (Yogyakarta).
- Mediteran, meruapakn hasil pelapukan batuan kapur keras dan batuan sedimen. Warna tanah ini kemerahan sampai coklat. Tanah jenis ini meski kurang subur namun cocok untuk tanaman palawija, jati, tembakau, dan jambu mete.
h. Tanah Pasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar