Kamis, 01 Mei 2014

Gara-gara Bayu Gatra

"Bagas kemana?' tanyaku kepada Yami keheranan. Tiba-tiba saja separuh barisan siswa kelas 6 buyar pada
acara Maulid yang di gelar oleh SD Bunga Bangsa. Mereka berlarian seperti mengejar sesuatu.
"Biasa Ustadzah, mereka mau salaman sama Bayu Gatra," jawab Yami santai seraya tersenyum simpul.
 
Dari kiri (NK Daffa, Bagas, Bayu Gatra, Aris, dan Aldie)
Kucoba membuka lembaran demi lembaran di dalam otakku. namun tak jua kutemukan nama Bayu Gatra. Artis tahun berapa ya? tanyaku dalam hati. Main di film atau sinetron yang mana? tanyaku lagi. Semakin keras aku mengingat, semakin jauh nama Bayu Gatra dari ingatanku.

"Bayu Gatra? Siapa tuh?" tanyaku penasaran.
"Pemain timnas U23 ustadzah."
Eealaaaaah, pantesan nggak kenal. ternyata pemain bola. maklum, kalau sudah ibu-ibu yang diingat cuma para koki dan artis sinetron he...he...he... :-)
"Ngapain Bayu Gatra kesini?"
"Kayaknya mendaftarkan Iing masuk SMP Bunga Bangsa. Khan Iing nya lagi pergi umroh. Bayu Gatra  itu Om nya Iing," jelas Yami.
"Mereka tuh heboh betul. kalau saya biasa aja ustadzah. saya nggak ngefans soalnya," kata MD cuek.


Tak lama kemudian Bagas datang bersama dengan teman-temannya dengan wajah sumringah.
"Ustadzah ... ustadzah ... Bagas tadi salaman lho ... sama Bayu Gatra," kata Alif heboh.
"Iya kah Gas?" tanyaku.
"He...he...he... iya ustadzah," jawabnya bangga sambil memperlihatkan telapak tangannya yang baru saja di sentuh oleh Bayu Gatra.
"Trus ... rasanya bagaimana?"
"Hmm ... biasa aja ustadzah," jawabnya bingung.
"Lho?! kamu itu bagaimana sih. Tadi hebohnya luar biasa. Sekarang malah bilang biasa aja. Kok bisa begitu?" tanyaku menggoda Bagas.
"Yaaa ... nggak tau ah," jawabnya sambil cengar cengir sendirian.
"Bagaaas .... Bagas," kataku sambil tersenyum geli.
***
"Iing ... aku ke rumahmu ya?" kata seseorang di kelas.
"Aku juga ya," sahut yang lain. demikian mereka saling menimpali berharap Iing mengabulkan permintaan mereka.
"Sudah ... sudah," kataku menengahi. "Daripada kalian ribut, lebih baik Bayu gatranya diundang ke sini. Iing, bisakah Bayu Gatranya ke sekolah kita?'
"Kayaknya bisa, ustadzah. Tapi nanti saya tanya mamah dulu," jawab Iing memberikan harapan kepada anak Kahayan. Segera saja kata "Horeee" membahana memenuhi ruangan.
***

Hari yang dinanti-nantikan pun akhirnya tiba. Foto-foto plus minta tanda tangan adalah kegiatan kami di akhir jam sekolah. Kebahagiaan terpancar jelas di wajah siswa kelas Kahayan. Terima kasih ya Iing :-)

Kamis, 24 April 2014

Batu Belah

Batu Belah Batu Betangkup

Pada jaman dahulu di tanah Gayo, Aceh – hiduplah sebuah keluarga petani yang sangat miskin. Ladang yang mereka punyai pun hanya sepetak kecil saja sehingga hasil ladang mereka tidak mampu untuk menyambung hidup selama semusim, sedangkan ternak mereka pun hanya dua ekor kambing yang kurus dan sakit-sakitan. Oleh karena itu, untuk menyambung hidup keluarganya, petani itu menjala ikan di sungai Krueng Peusangan atau memasang jerat burung di hutan. Apabila ada burung yang berhasil terjerat dalam perangkapnya, ia akan membawa burung itu untuk dijual ke kota.

Suatu ketika, terjadilah musim kemarau yang amat dahsyat. Sungai-sungai banyak yang menjadi kering, sedangkan tanam-tanaman meranggas gersang. Begitu pula tanaman yang ada di ladang petani itu. Akibatnya, ladang itu tidak memberikan hasil sedikit pun. Petani ini mempunyai dua orang anak. Yang sulung berumur delapan tahun bernama Sulung, sedangkan adiknya Bungsu baru berumur satu tahun. Ibu mereka kadang-kadang membantu mencari nafkah dengan membuat periuk dari tanah liat. Sebagai seorang anak, si Sulung ini bukan main nakalnya. Ia selalu merengek minta uang, padahal ia tahu orang tuanya tidak pernah mempunyai uang lebih. Apabila ia disuruh untuk menjaga adiknya, ia akan sibuk bermain sendiri tanpa peduli apa yang dikerjakan adiknya. Akibatnya, adiknya pernah nyaris tenggelam di sebuah sungai.

Pada suatu hari, si Sulung diminta ayahnya untuk pergi mengembalakan kambing ke padang rumput. Agar kambing itu makan banyak dan terlihat gemuk sehingga orang mau membelinya agak mahal. Besok, ayahnya akan menjualnya ke pasar karena mereka sudah tidak memiliki uang. Akan tetapi, Sulung malas menggembalakan kambingnya ke padang rumput yang jauh letaknya.
“Untuk apa aku pergi jauh-jauh, lebih baik disini saja sehingga aku bisa tidur di bawah pohon ini,” kata si Sulung. Ia lalu tidur di bawah pohon. Ketika si Sulung bangun, hari telah menjelang sore. Tetapi kambing yang digembalakannya sudah tidak ada. Saat ayahnya menanyakan kambing itu kepadanya, dia mendustai ayahnya. Dia berkata bahwa kambing itu hanyut di sungai. Petani itu memarahi si Sulung dan bersedih, bagaimana dia membeli beras besok. Akhirnya, petani itu memutuskan untuk berangkat ke hutan menengok perangkap.

Di dalam hutan, bukan main senangnya petani itu karena melihat seekor anak babi hutan terjerat dalam jebakannya.
“Untung ada anak babi hutan ini. Kalau aku jual bias untuk membeli beras dan bisa untuk makan selama sepekan,” ujar petani itu dengan gembira sambl melepas jerat yang mengikat kaki anak babi hutan itu. Anak babi itu menjerit-jerit, namun petani itu segera mendekapnya untuk dibawa pulang. Tiba-tiba, semak belukar di depan petani itu terkuak. Dua bayangan hitam muncul menyerbu petani itu dengan langkah berat dan dengusan penuh kemarahan. Belum sempat berbuat sesuatu, petani itu telah terkapar di tanah dengan tubuh penuh luka. Ternyata kedua induk babi itu amat marah karena anak mereka ditangkap. Petani itu berusaha bangkit sambil mencabut parangnya. Ia berusaha melawan induk babi yang sedang murka itu.

Namun, sungguh malang petani itu. Ketika ia mengayunkan parangnya ke tubuh babi hutan itu, parangnya yang telah aus itu patah menjadi dua. Babi hutan yang terluka itu semakin marah. Petani itu lari tunggang langgang dikejar babi hutan. Ketika ia meloncati sebuah sungai kecil, ia terpeleset dan jatuh sehingga kepalanya terantuk batu. Tewaslah petani itu tanpa diketahui anak istrinya. Sementara itu – di rumah isri petani itu sedang memarahi si Sulung dengan hati yang sedih karena si Sulung telah membuang segenggam beras terakhir yang mereka punyai ke dalam sumur. Ia tidak pernah membayangkan bahwa anak yang telah dikandungnya selama sembilan bulan sepuluh hari dan dirawat dengan penuh cinta kasih itu, kini menjadi anak yang nakal dan selalu membuat susah orang tua.

Karena segenggam beras yang mereka miliki telah dibuang si Sulung ke dalam sumur maka istri petani itu berniat menjual periuk tanah liatnya ke pasar. “Sulung, pergilah ke belakang dan ambillah periuk tanah liat yang sudah ibu keringkan itu. Ibu akan menjualnya ke pasar. Jagalah adikmu karena ayahmu belum pulang,” ucapnya. Akan tetapi, bukan main nakalnya si Sulung ini. Dia bukannya menuruti perintahnya ibunya malah ia menggerutu.
“Buat apa aku mengambil periuk itu. Kalau ibu pergi, aku harus menjaga si Bungsu dan aku tidak dapat pergi bermain. Lebih baik aku pecahkan saja periuk ini,” kata si Sulung. Lalu, dibantingnya kedua periuk tanah liat yang menjadi harapan terakhir ibunya untuk membeli beras. Kedua periuk itu pun hancur berantakan di tanah.

Bukan main terkejut dan kecewanya ibu si Sulung ketika mendengar suara periuk dibanting.
“Aduuuuuh…..Sulung! Tidak tahukah kamu bahwa kita semua butuh makan. Mengapa periuk itu kamu pecahkan juga, padahal periuk itu adalah harta kita yang tersisa,” ujar ibu si Sulung dengan mata penuh air mata. Namun si Sulung benar-benar tidak tahu diri, ia tidak mau makan pisang. Ia ingin makan nasi dengan lauk gulai ikan. Sungguh sedih ibu si Sulung mendengar permintaan anaknya itu.
“Pokoknya aku tidak mau makan pisang! Aku bukan bayi lagi, mengapa harus makan pisang,” teriak si Sulung marah sambil membanting piringnya ke tanah.

Ketika si Sulung sedang marah, datang seorang tetangga mereka yang mengabarkan bahwa mereka menemukan ayah si Sulung yang tewas di tepi sungai. Alangkah sedih dan berdukanya ibu si Sulung mendengar kabar buruk itu. Dipeluknya si Sulung sambil menangis, lalu berkata “Aduh, Sulung, ayahmu telah meninggal dunia. Entah bagaimana nasib kita nanti,” ratap ibu si Sulung. Tetapi si Sulung tidak tampak sedih sedikit pun mendengar berita itu. Bagi si Sulung, ia merasa tidak ada lagi yang memerintahkannya untuk melakukan hal-hal yang tidak disenanginya.

“Sulung, ibu merasa tidak sanggup lagi hidup di dunia ini. Hati ibu sedih sekali apabila memikirkan kamu. Asuhlah adikmu dengan baik. Ibu akan menuju ke Batu Belah. Ibu akan menyusul ayahmu,” ucap ibu si Sulung. Ibu si Sulung lalu menuju ke sebuah batu besar yang menonjol, yang disebut orang Batu Belah.

Sesampainya di sana, ibu si Sulung pun bernyanyi,
Batu belah batu bertangkup.
Hatiku alangkah merana.
Batu belah batu bertangkup.
Bawalah aku serta.

Sesaat kemudian, bertiuplah angin kencang dan batu besar itu pun terbelah. Setelah ibu si Sulung masuk ke dalamnya, batu besar itu merapat kembali. Melihat kejadian itu, timbul penyesalan di hati si Sulung. Ia menangis keras dan memanggil ibunya sampai berjanji tidak akan nakal lagi, namun penyesalan itu datangnya sudah terlambat. Ibunya telah menghilang ditelan Batu Belah.


Sumber : http://folktalesnusantara.blogspot.com/2008/12/batu-belah.html

Contoh Proposal Istighosah



PROPOSAL
KEGIATAN ISTIGHOSAH DAN DO’A BERSAMA
KELAS VI ANGKATAN KE – IV
TAHUN PELAJARAN 2013/2014








 















SEKOLAH DASAR ISLAM BUNGA BANGSA
SAMARINDA
 




PROPOSAL
ISTIGHOSAH DAN DO’A BERSAMA KELAS 6
TAHUN PELAJARAN 2013/2014

A. Latar belakang
Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan berikan kepada anak-anak kita. Karena mereka merupakan kunci sukses untuk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi, dan yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa Negara dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka dalam penerapan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan khususnya untuk mempersiapkan siswa untuk menghadapi Ujian Sekolah/Madrasah.
Berbagai macam usaha telah diprogramkan oleh sekolah untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi ujian sekolah/madrasah. Mulai dari menyelenggarakan berbagai macam tes dan uji coba varian hingga try out dan kegiatan kampung santri yang berbasis materi ujian sekolah/madrasah.
Setelah semua usaha dzohir yang telah dilakukan oleh SDIBB, maka kini tiba saatnya untuk melengkapinya dengan dzikir dan doa. Seperti yang tercakup dalam dalam firman Allah yang berbunyi :
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”.  (Qs. Al-A’Raaf : 56)
Dengan berlandaskan ayat tersebut, maka pihak sekolah mengadakan kegiatan Istighosah untuk kesuksesan siswa kelas 6 angkatan ke-empat bersama para guru dan wali siswa dalam menghadapi Ujian Sekolah/Madrasah, sehingga mereka mendapatkan hasil yang maksimal.

B.  Tujuan kegiatan :
Tujuan kegiatan istighosah ini adalah :
1.       Membentuk nilai-nilai spiritual para siswa SDIBB untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT
2.       Mempererat tali silaturrahim antara siswa, guru, dan wali siswa SDIBB

C. Waktu dan tempat:
Hari/tanggal       : Rabu, 13 Mei 2014
Lokasi                    : Aula SD Islam Bunga Bangsa Samarinda

D. Peserta Istighosah
Adapun peserta kegiatan Istighosah dan do’a bersama ini adalah :
  1. Siswa kelas 6
  2. Seluruh guru SD Islam Bunga Bangsa
  3. Wali siswa Kelas 6

E.  Susunan panitia:
Pelindung                                    :  Drs. Supriyadi, SE

Penanggung jawab                   :  Moh. Fadholi S.PdI (Waka Diniyah)
Ketua panitia                           :  Satran Maehadi, A.Ma
Sekretaris                                :  Susilawati, S.Pd
Bendahara                               :  Ekawaty Suryana Indah, S.Sos
Seksi acara                              :  Numan Abdullah, S.Si
       Mishab, S.PdI
                                                  Nurli Dwinata, S.Pd
       Arifin Nurdin, S.Pdi
  
Seksi konsumsi                        : Yeni Duwi Seviawati, ST
                                                 Tri Yuliantini, S.Pd
                                                 Suci Rani Fatmawati, S.PdI
                                                 Tim Pantry (4 orang)    
Seksi Penerima Tamu              : Dwi Hariningsih, S.Pd  
                                                Salmiah
                                                Najmuddin                                      
seksi dokumentasi                   : Refia Budi Setiawan
                                                Jordi Budianto
                                                             
Seksi Keamanan & parkir       : Security Bunga Bangsa (2 orang)
Seksi Kebersihan                    : Cleaning Service (5 orang)
Seksi Perlengkapan                 : Dadang Candra Lesmana, S.Pd
                                                Yoshimar Akbar, S.Pd
                                                 Zuhri
Seksi Kesehatan                      : Iin Sulastri, A.Md.Kep
F.  Anggaran Dana (terlampir))
G. Jadwal Kegiatan (terlampir)
H.  Penutup
Demikian proposal Istighosah dan doa bersama ini dibuat, agar dapat dipertimbangkan dan disetujui. Atas segala perhatiannya diucapkan terima kasih

Samarinda, 20 April 2014
Mengetahui,                                                                                                           Dibuat
Kepala SDI Bunga Bangsa                                                                                     Ketua Panitia


Drs. Supriyadi, SE                                                                                                  Satran Maehadi, A.Ma 
NIK.                                                                                                                      NIK.





Lampiran 1:
JADWAL KEGIATAN
ISTIGHOSAH DAN DOA BERSAMA
Samarinda, 13 Mei 2014

WAKTU
KEGIATAN
PENANGGUNG JAWAB
07.10 – 07.30
¦  Sholat Dhuha
PJ. Kanit Kegiatan Khusus
07.30 – 16.00
¦  Belajar sesuai jadwal

16.00 – 17.00
¦  Mandi dan bersih-bersih

17.00 – 18.15
¦  Tadarus Qur’an
Panitia

¦  Penjelasan mekanisme Istighosah
Panitia
18.15 – 18.45
¦  Buka puasa


¦  Sholat magrib
Panitia
18.45 – 19.30
¦  Makan malam
Seksi Konsumsi

¦  Penyambutan wali siswa di aula
Seksi penerima tamu (Jordi mendokumentasikan penyambutan tamu bersama ust. Najmuddin)
19.30 – 20.00
¦  Sholat Isya

20.00 – 22.00
¦  Istighosah/do’a/penutup
Seksi acara










Lampiran 2


ANGGARAN DANA ISTIGHOSAH KELAS 6
SD ISLAM BUNGA BANGSA SAMARINDA
SAMARINDA, 13 MEI 2014





NO
NAMA BARANG
JUMLAH
HARGA SATUAN
TOTAL
1
Spanduk
1
 Rp    450,000.00
 Rp          450,000.00
2
Kertas F4 (untuk fotocopy materi)
2
 Rp      40,000.00
 Rp            80,000.00
3
Plastik sampah
3
 Rp      15,000.00
 Rp            45,000.00
4
Ta'jil siswa
70
 Rp         5,000.00
 Rp          350,000.00
5
Ta'jil panitia
32
 Rp         5,000.00
 Rp          160,000.00
6
Konsumsi siswa (buka puasa)
70
 Rp      20,000.00
 Rp      1,400,000.00
7
Konsumsi panitia (buka puasa)
32
 Rp      20,000.00
 Rp          640,000.00
8
Snack siswa (untuk malam)
70
 Rp      10,000.00
 Rp          700,000.00
9
Snack guru
60
 Rp      10,000.00
 Rp          600,000.00
10
snack untuk  tamu undangan
10
 Rp      10,000.00
 Rp          100,000.00
11
Snack wali siswa untuk 2 orang
140
 Rp      10,000.00
 Rp      1,400,000.00
12
lembur panitia                   5 jam x Rp. 10.000,00 = Rp.50.000,00
21
 Rp      50,000.00
 Rp      1,050,000.00




 Rp      6,975,000.00







English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified