Jumat, 28 Desember 2012

Manfaat Lintah

 Lintah, hanya dengan mendengar namanya saja bisa membuat banyak orang merinding. Lintah ini dianggap sebagai hewan yang menjijikkan, mungkin karena warnanya yang gelap dan menyeramkan.

Lintah adalah hewan yang tergabung dalam filum Annelida dengan sub kelas Hirudinea, lintah dapat hidup di darat, air tawar dan air asin. Lintah atau pacet adalah hewan hermaprodit atau berkelamin ganda seperti halnya dengan cacing.Lintah banyak dihindari orang, karena hewan ini punya kebiasaan menghisap darah, entah itu hewan lain atau manusia sekalipun. Lintah banyak hidup di persawahan dan takungan air. Oleh karena itu Anda harus berhati-hati ketika berada pada genangan air, rawa atau sungai. Jika lintah sudah menghisap darah Anda, maka ia tidak akan lepas walau Anda berusaha mencabutnya sekuat tenaga. Lintah akan melepaskan diri ketika ia sudah merasa puas menghisap darah korbannya, ketika tubuhnya menggelembung penuh dengan darah mangsanya. Jika lintah menghisap darah Anda, jangan ditarik. Hewan ini walau badannya putus, ia tidak akan mati. Potongan tubuh yang terputus akan menjadi lintah baru. Jadi yang harus Anda lakukan adalah cepat mengambil abu rokok atau alkohol lalu taburkan. Dengan menaburkan abu rokok atau alkohol, maka si lintah akan mati.

Cacing memiliki banyak manfaat begitupun juga dengan lintah. Lintah sangat bermanfaat untuk manusia terutama lintah itu dimanfaatkan untuk kesehatan manusia. Semua spesies lintah tergolong dalam golongan hewan carnifora atau hewan pemakan daging. Meski binatang penghisap darah ini sering dibenci oleh manusia akan tetapi hewan bernama lintah itu sangat bermanfaat sekali untuk manusia. Salah satu manfaat lintah adalah, pada tubuh hewan lintah mengandung antikoagulan atau anti pembekuan darah dan lintah juga mengandung zat-zat lain seperti penisilin, anti radang dan anestesi untuk pembiusan.
 
Lintah yang hidup dapat mengobati gatal-gatal dan kudis-kudis yang sukar sembuh dengan menghisap bagian tubuh yang sakit. Nyeri sendi juga bisa diatasi dengan menggunakan lintah. Nyeri akibat radang sendi pada lutut yang kadang membuat si penderita kesulitan bergerak, dapat diatasi dengan mengambil manfaat lintah dalam kemampuannya menghasilkan zat yang menyerupai morfin, pereda nyeri paling ampuh.

Selain itu, lintah juga rupanya mampu menghasilkan zat antikoagulan. Sebuah zat yang membantu melancarkan aliran darah. Air liur hewan ini dapat dijadikan minyak obat. Minyak lintah sangat baik dan bermanfaat bagi kesehatan karena dapat mengendalikan trombosit, semacam gumpalan darah yang menghambat jalannya aliran darah. Dalam ilmu kedokteran, lintah sering digunakan ketika sedang melakukan operasi saraf-saraf kecil, yang bertujuan agar aliran darah yang tersumbat dapat kembali normal.
Penyakit jantung dan diabetes juga dapat dicegah dengan menggunakan lintah. Dua penyakit tersebut disebabkan karena pola hidup tidak sehat yang menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. Banyak terapi yang dilakukan dengan menggunakan lintah, terapi menggunakan hisapan lintah ini terbukti dapat menyembuhkan penyakit kronis dan juga meningkatkan stamina tubuh.


Referensi :

 http://kesehatan.segiempat.com
http://nggihprakoso.wordpress.com

Gurita




Gurita adalah hewan moluska dari kelas Cephalopoda (kaki hewan terletak di kepala), ordo Octopoda dengan terumbu karang di samudra sebagai habitat utama. Gurita terdiri dari 289 spesies yang mencakup sepertiga dari total spesies kelas Cephalopoda. Gurita dalam bahasa Inggris disebut Octopus (Yunani: Ὀκτάπους, delapan kaki) yang sering hanya mengacu pada hewan dari genus Octopus.


Tubuh yang sangat fleksibel memungkinkan gurita untuk menyelipkan diri pada celah batuan yang sangat sempit di dasar laut, terutama sewaktu melarikan diri dari ikan pemangsa seperti belut laut Moray. Gurita yang kurang dikenal orang dari subordo Cirrata memiliki dua buah sirip dan cangkang dalam sehingga kemampuan untuk menyelip ke dalam ruangan sempit menjadi berkurang.
Gurita spesies Octopus ocellatus sedang bersembunyi di dalam kulit kerang
Gurita mempunyai masa hidup yang relatif singkat dan beberapa spesies hanya hidup selama 6 bulan. Spesies yang lebih besar seperti Gurita raksasa Pasifik Utara yang beratnya bisa mencapai 40 kilogram bisa hidup sampai 5 tahun di bawah kondisi lingkungan yang sesuai. Reproduksi merupakan salah satu sebab kematian, gurita jantan hanya bisa hidup beberapa bulan setelah kawin dan gurita betina mati mati tidak lama setelah bertelur. Kematian disebabkan kelalaian gurita untuk makan selama sekitar satu bulan sewaktu menjaga telur-telur yang belum menetas.

Gurita biasanya memiliki tiga mekanisme pertahanan diri: kantong tinta, kamuflase dan memutuskan lengan.

Gurita berwarna abu-abu pucat atau putih, tapi warna kulit bisa diubah sesuai warna dan pola lingkungan sekitar dengan maksud melakukan kamuflase (penyamaran). Pada kulit gurita terdapat kromatofora berupa lapisan kantung-kantung pewarna yang lentur dan bisa mengubah warna, opasitas dan refleksitas jaringan epidermis. Otot-otot di sekeliling kromatofora bisa membuat kantung-kantung pewarna menjadi kelihatan atau hilang. Kromatofora berisi pigmen berwarna kuning, oranye, merah, coklat, atau hitam. Sebagian besar spesies gurita memiliki 3 warna dari seluruh pilihan warna kromatofora yang ada, walaupun ada juga spesies yang memiliki 2 atau 4 warna. Sel-sel lain yang bisa berubah warna adalah sel iridophore dan sel leucophore (warna putih).[7] Kemampuan berganti warna digunakan gurita untuk berkomunikasi atau memperingatkan gurita lain. Gurita cincin biru berubah warna menjadi kuning cerah dengan bulatan-bulatan berwarna biru jika merasa terancam sekaligus memperingatkan musuh bahwa dirinya sangat beracun.[8]
Beberapa spesies gurita dapat memutuskan lengannya sendiri (ototomi) mirip cicak dan beberapa spesies kadal yang memutuskan ekor sewaktu melarikan diri. Lengan gurita yang sedang merangkak juga berfungsi sebagai pengalih perhatian bagi calon pemangsa dan berguna pada saat kawin.
Beberapa spesies gurita seperti gurita mimic memiliki sistem pertahanan ke-4 berupa kemampuan meniru bentuk hewan laut berbahaya seperti lionfish dan belut berkat tubuh yang lentur dipadukan dengan kemampuan berganti warna. Gurita mimic juga pernah didapati mengganti tekstur mantel agar kamuflase menjadi lebih sempurna. Mantel gurita mimic bisa terlihat runcing-runcing seperti rumput laut atau benjol-benjol seperti tekstur batu karang.

 Gurita bergerak dengan cara merangkak atau berenang. Gurita cukup merangkak ditambah sedikit berenang jika ingin bergerak secara perlahan dan hanya berenang jika ingin bergerak cepat-cepat. Gurita bisa bergerak cepat sekali sewaktu sedang lapar atau sewaktu dalam bahaya. Kadar oksigen dalam darah diperkirakan hanya sekitar 4% sehingga gurita mempunyai stamina rendah yang akibatnya merugikan kehidupan gurita di alam bebas.



Pertama kali diamati oleh Mark Norman, Julian Finn, dan Tom Tregenza yang merupakan peneliti kelautan akan fenomena penyamaran yang luar biasa yang dimiliki oleh spesies ini selama periode 24 jam. Para peneliti memotret gurita dalam banyak tahapan, seperti foto-foto yang ditampilkan di bawah ini.
Di sini ditunjukkan, gurita ini mencari makanan dengn menggunakan ujung lengannya untuk menggali lubang dan dari lengan mereka dapat menjebak apa pun yang mencoba melarikan diri ... Hampir seperti menggali ujung jari di ujung tangan yang menggenggam.


Ketika bergerak, gurita ini menarik lengannya bersama-sama ke dalam sehingga membentuk sebuah daun.


Di foto ini, tampak gurita sedang meniru salah satu jenis jenis ikan
yang banyak ditemukan di perairan yang sama.


Di sini terlihat gurita sedang berenang menyerupai lion fish.


Kadang-kadang dapat menyerupai ikan dengan duri "beracun" seperti yang terlihat pada gambar inii. (pada lion fish duri-durinya sangat mengandung racun, namun tidak dengan gurita ini, ia hanya meniru tampilan dan gerakan-gerakan dari lion fish saja untuk tujuan perlindungan.)


Dalam foto diatas ini, gurita meniru secara total ular laut.
 
 
Referensi :
www.wikipedia.com
http://devilfany.blogspot.com

Kantong semar

Kantong atas dari Nepenthes edwardsiana
Genus Nepenthes (Kantong semar, bahasa Inggris: Tropical pitcher plant), yang termasuk dalam familia monotipik, terdiri dari 130 spesies dan belum termasuk hibrida alami maupun buatan. Genus ini merupakan tumbuhan karnivora di kawasan tropis Dunia Lama, kini meliputi negara Indonesia , Republik Rakyat Cina bagian selatan, Indochina, Malaysia, Filipina, Madagaskar bagian barat, Seychelles, Kaledonia Baru, India, Sri Lanka, dan Australia. Habitat dengan spesies terbanyak ialah di pulau Borneo dan Sumatra.
Tumbuhan ini dapat mencapai tinggi 15-20 m dengan cara memanjat tanaman lainnya, walaupun ada beberapa spesies yang tidak memanjat. Pada ujung daun terdapat sulur yang dapat termodifikasi membentuk kantong, yaitu alat perangkap yang digunakan untuk memakan mangsanya (misalnya serangga, pacet, anak kodok) yang masuk ke dalam.

Pada umumnya, Nepenthes memiliki tiga macam bentuk kantong, yaitu kantong atas, kantong bawah, dan kantong roset. Kantong atas adalah kantong dari tanaman dewasa, biasanya berbentuk corong atau silinder, tidak memiliki sayap, tidak mempunyai warna yang menarik, bagian sulur menghadap ke belakang dan dapat melilit ranting tanaman lain, kantong atas lebih sering menangkap hewan yang terbang seperti nyamuk atau lalat, kantong jenis ini jarang bahkan tidak ditemui pada beberapa spesies, contohnya N. ampullaria. Kantong bawah adalah kantong yang dihasilkan pada bagian tanaman muda yang biasanya tergelatak di atas tanah, memiliki dua sayap yang berfungsi sebagai alat bantu bagi serangga tanah seperti semut untuk memanjat mulut kantong dan akhirnya tercebur dalam cairan berenzim di dalamnya, adapun kantong roset, memiliki bentuk yang sama seperti kantong bawah, namun kantong roset tumbuh pada bagian daun berbentuk roset, contoh spesies yang memiliki kantong jenis ini adalah N. ampullaria dan N. gracilis. Beberapa tanaman terkadang mengeluarkan kantong tengah yang berbentuk seperti campuran kantong bawah dan kantong atas.
Tanaman ini memiliki penyebaran yang sangat luas dari pinggir pantai sampai dataran tinggi, karena inilah nepenthes dibagi dalam dua jenis yaitu jenis dataran tinggi dan jenis dataran rendah, walau kebanyakan spesies tumbuh di dataran tinggi. Spesies yang tercatat tumbuh di ketinggian paling tinggi adalah N. lamii yaitu di ketinggian 3,520 m.
Kebanyakan spesies tumbuh di tempat dengan kelembaban tinggi dan cahaya dengan tingkat menengah hingga tinggi. Beberapa spesies seperti N. ampullaria tumbuh di tempat yang teduh dengan tidak terlalu banyak cahaya, sedangkan N. mirabilis tumbuh ditempat yang terbuka dengan cahaya yang berlimpah. Tanah tempat tumbuh nepenthes biasanya miskin hara dan asam. Beberapa spesies tumbuh di tempat yang sangat beracun bagi tanaman lain seperti N. rajah yang tumbuh pada tanah dengan kandungan logam berat dan N. albomarginata yang tumbuh pada pantai berpasir di zona yang terkena siraman air laut, beberapa spesies tumbuh epifit seperti N. inermis yang tumbuh tanpa bersentuhan dengan tanah.

Senin, 10 Desember 2012

Plankton

Plankton adalah makhluk ( tumbuhan atau hewan ) yang hidupnya, mengaoung, mengambang, atau melayang didalam air yang kemampuan renangnya terbatas sehingga mudah terbawa arus.
Plankton berbeda dengan nekton yang berupa hewan yang memiliki kemampuan aktif berenang bebas, tidak bergantung pada arus air, contohnya : ikan, cumi – cumi, paus, dll. Bentos adalah biota yang hidupnya melekat pada, menancap, merayap, atau membuat liang didasar laut, contohnya: kerang, teripang, bintang laut, karang, dll.
Secara fungsional, plankton digolongkan menjadi empat golongan utama, yaitu fitoplankton, zooplankton, bakterioplankton, dan virioplankton.
a. Fitoplankton
phytoplankton
Fitoplankton disebut juga plankton nabati, adalah tumbuhan yang hidupnya mengapung atau melayang dilaut. Ukurannya sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Umumnya fitoplankton berukuran 2 – 200µm (1 µm = 0,001mm). fitoplankton umumnya berupa individu bersel tunggal, tetapi juga ada yang berbentuk rantai.
Meskipun ukurannya sangat kecil, namun fitoplankton dapat tumbuh dengan sangat lebat dan padat sehingga dapat menyebabkan perubahan warna pada air laut.
Fitoplankton mempunyai fungsi penting di laut, karena bersifat autotrofik, yakni dapat menghasilkan sendiri bahan organic makanannya. Selain itu, fitoplankton juga mampu melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan bahan organic karena mengandung klorofil. Karena kemampuannya ini fitoplankton disebut sebagai primer producer.
Bahan organic yang diproduksi fitoplankton menjadi sumber energi untuk menjalan segala fungsi faalnya. Tetapi, disamping itu energi yang terkandund didalam fitoplankton dialirkan melalui rantai makanan. Seluruh hewan laut seperti udang, ikan, cumi – cumi sampai ikan paus yang berukuran raksasa bergantung pada fitoplankton baik secara langsung atau tidak langsung melalui rantai makanan.
b. Zooplankton
Zooplankton
Zooplankton, disebut juga plankton hewani, adalah hewan yang hidupnya mengapung, atau melayang dalam laut. Kemampuan renangnya sangat terbatas hingga keberadaannya sangat ditentukan ke mana arus membawanya. Zooplankton bersifat heterotrofik, yang maksudnya tak dapat memproduksi sendiri bahan organik dari bahan inorganik. Oleh karena itu, untuk kelangsungan hidupnya is sangat bergantung pada bahan organik dari fitoplankton yang menjadi makanannya. Jadi zooplankton lebih berfungsi sebagai konsumen (consumer) bahan organik.
Ukurannya yang paling umum berkisar 0,2 – 2 mm, tetapi ada juga yang berukuran besar misalnya ubur-ubur yang bisa berukuran sampai lebih satu meter. Kelompok yang paling umum ditemui antara lain kopepod (copepod), eufausid (euphausid), misid (mysid), amfipod (amphipod, kaetognat (chaetognath). Zooplankton dapat dijumpai mulai dari perairan pantai, perairan estuaria di depan muara sampai ke perairan di tengah samudra, dari perairan tropis hingga ke perairan kutub.
Zooplankton ada yang hidup di permukaan dan ada pula yang hidup di perairan dalam. Ada pula yang dapat melakukan migrasi vertikal harian dari lapisan dalam ke permukaan. Hampir semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau yang hidup di dasar Taut (bentos) menjalani awal kehidupannya sebagai zooplankton yakni ketika masih berupa terlur dan larva. Baru dikemudian hari, menjelang dewasa, sifat hidupnya yang semula sebagai plankton berubah menjadi nekton atau bentos.
c. Bakterioplankton
bakterioplankton
Bakterioplankton, adalah bakteri yang hidup sebagai plankton. Kini orang makin memahami bahwa bakteri pun banyak yang hidup sebagai plankton dan berperan penting dalam lour hara (nutrient cycle) dalam ekosistem Taut. la mempunyai ciri yang khas, ukurannya sangat halus (umumnya < 1 µm), tidak mempunyai inti sel, dan umumnya tidak mempunyai klorofil yang dapat berfotosintesis. Fungsi utamanya dalam ekosistem laut adalah sebagai pengurai (decomposes). Semua biota laut yang mati, akan diuraikan oleh bakteri sehingga akan menghasilkan hara seperti fosfat, nitrat, silikat, dan sebagainya. Hara ini kemudian akan didaur-ulangkan dan dimanfaatkan lagi oleh fitoplankton dalam prows fotosintesis.
d. Virioplankton
Virioplankton
Virioplankton adalah virus yang hidup sebagai plankton. Virus ini ukurannya sangat kecil ( kurang dari 0,2 um ) dan menjadikan biota lainnya, terutama bakterioplankton dan fitoplankton, sebagai inang (host). Tanpa inangnya virus ini tak menunjukkan kegiatan hayati. Tetapi virus ini dapat pula memecahkan dan mematikan sel-sel inangnya. Baru sekitar dua dekade lalu para ilmuwan banyak mengkaji virioplankton ini dan menunjukkan bahwa virioplankton pun mempunyai fungsi yang sangat penting dalam daur karbon (carbon cycle) di dalam ekosistem laut.

Jumat, 07 Desember 2012

Jenis-jenis tanah

 Indikator 33 UN 2013 :

Siswa dapat mengidentifikasi jenis-jenis tanah

Tanah dapat didefinisikan sebagai lapisan teratas dari kulit bumi yang terbentuk oleh bahan organik maupun anorganik serta menjadi media untuk tumbuh dan berkembangnya tanaman. Bahan organik yang menyusun tanah berasal dari jasad-jasad makhluk hidup yang telah mati. Sementara itu, bahan anorganik berasal dari benda-benda mati seperti batu-batuan yang telah melapuk, ataupun dari berbagai jenis bahan mineral.

Pelapukan yang terjadi pada batuan hingga menjadi tanah dapat dipengaruhi oleh berbagi faktor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan batuan tersebut antara lain:

1. Iklim

Pengaruh iklim dapat berupa suhu dan curah hujan di suatu daerah. Semakin tinggi suhu dan curah hujan di suatu tempat, maka pelapukan yang terjadi pada batuan akan semakin cepat .


2. Jenis batuan


Satu jenis batuan dengan batuan lain akan tidak sama proses pelapukannya.


3. Waktu


Umur terbentuknya suatu batuan akan sangat berpengaruh dalam terjadinya pelapukan.


Selain karena faktor-faktor diatas, jenis-jenis pelapukan pada berbagai jenis batuan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:

  • Pelapukan biologis, yaitu pelapukan yang disebabkan oleh aktifitas makhluk hidup pada sebuah batuan, lumut adalah salah satu contohnya. Lumut dapat mengeluarkan sebuah zat yang bersifat asam sehingga batuan yang ditumbuhi lumut akan semakin cepat mengalami pelapukan. Selain lumut, akar pohon-pohon besar yang menghujam batuan akan semakin mempercepat pelapukan karena akan memecah batuan yang dihujamnya.
  • Pelapukan fisika, yaitu pelapukan yang disebabkan faktor-faktor dari alam misalnya cuaca, suhu, sinar matahari, dan angin. Sebagai contohnya suhu yang sangat tinggi di siang hari akan membuat batuan menjati terpanaskan dan mengembang. Sementara itu di malam hari suhu udara menjadi sangat rendah sehingga batuan mengalami pengerutan. Karena batuan mengalami pengkerutan dan pengembangan secara bergantian, maka lama-lama batuan akan retak dan akan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
  • Pelapukan kimia, yaitu pelapukan batuan yang disebabkan oleh pengaruh bahan kimia. Salah satu contoh pelapukan kimia adalah yang disebabkan oleh hujan asam.


 Jenis-jenis tanah
 
a. Tanah Vulkanik
Tanah vulkanik adalah tanah hasil pelapukan abu vulkanik dari gunung berapi. Tanah vulkanik dibagi menjadi dua.
  1. Regosol. Tanah regosol berciri-ciri: berbutir kasar, berwarna kelabu sampai kuning, dan berbahan organik sedikit. Tanah ini cocok untuk tanaman palawija (seperti jagung), tembakau, dan buah-buahan. Jenis tanah ini banyak terdapat di P. Sumatra, Jawa, dan Nusa Tenggara.
  2. Tanah Regosol
  3. Latosol. Tanah latosol berciri-ciri: berwarna merah hingga kuning, kandungan bahan organik sedang, dan bersifat asam. Tanah ini cocok untuk tanaman palawija, padi, kelapa, karet, kopi, dll. Jenis tanah ini banyak terdapat di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bali, Jawa, Minahasa, dan Papua. 


b. Tanah Organosol
Tanah organosol merupakan tanah hasil pelapukan bahan-bahan organik. Biasanya bersifat subur. Tanah jenis ini dibagi dua juga, yaitu:
  1. Tanah Humus, merupakan tanah hasil pembusukan bahan-bahan organik dan bersifat sangat subur. Tanah humus berwarna kecoklatan dan cocok untuk tanaman kelapa, nanas, dan padi. Tanah jenis ini banyak terdapat di P. Sumatra, Sulawesi, Jawa Barat, Kalimantan, dan Papua.
  2. Tanah Gambut, merupakan tanah hasil pembusukan yang kurang sempurna di daerah yang selalu tergenang air seperti rawa. Tanah ini kurang baik untuk pertanian karena kurang subur dan selalu tergenang air. Tanah gambut banyak terdapat di Kalimantan Barat, pantai timur Sumatra, dan pantai selatan-barat Papua.



    c. Tanah Aluvium (Alluvial)
    Tanah aluvium adalah tanah hasil erosi yang diendapkan di dataran rendah. Ciri-ciri tanah aluvium adalah berwarna kelabu dan subur. Tanah ini cocok untuk tanaman padi, palawija, tebu, kelapa, tembakau, dan buah-buahan. Tanah jenis ini banyak terdapat di Sumatra bagian Timur, Jawa bagian utara, Kalimantan bagian barat dan selatan, serta Papua utara dan selatan.
    d. Tanah Podzol
    Tanah ini terbentuk akibat pengaruh  curah hujan yang tinggi dan suhu yang rendah. Tanah podzol bercirikan miskin unsur hara, tidak subur, dan berwarna merah sampai kuning. Tanah ini baik untuk tanaman kelapa dan jambu mete. Tanah podzol banyak dijumpai di daerah pegunungan tinggi Sumatra, Jabar, Sulawesi, Maluku, Kalimantan, dan Papua.
    e. Tanah Laterit
    Tanah laterit adala tanah hasil ‘pencucian’ sehingga kurang subur, kehilangan unsur hara, dan tandus. Tanah ini awalnya subur namun karena zat haranya dilarutkan oleh air maka menjadi tidak subur. Warna tanah ini kekuningan sampai merah. Tanah ini baik untuk kelapa dan jambu mete. Tanah jenis ini banyak terdapat di Jawa Tengah, Lampung, Jabar, Kal-Bar, dan Sulawesi Tenggara.
    Tanah laterit
    f. Tanah Litosol
    Tanah litosol adalah tanah hasil pelapukan batuan beku dan batuan sedimen yang baru terbentuk sehingga butirannya besar. Ciri-ciri tanah ini yaitu miskin unsur hara dan mineralnya masih terikat pada butiran yang besar. Tanah litosol kurang subur sehingga hanya cocok bagi tanaman-tanaman besar di hutan. Tanah litosol banya terdapat di P. Sumatra, Jawa Tengah dan Timur, Nusa Tenggara, Maluku selatan, dan Papua.Tanah litosol
    g. Tanah Kapur
    Tanah kapur merupakan hasil pelapukan batuan kapur (gamping). Tanah ini terbagi jadi dua jenis.
    1. Renzina. Tanah ini merupakan hasil pelapukan batuan kapur di daerah dengan curah hujan tinggi. Ciri tanah ini yaitu berwarna hitam dan miskin zat hara. Tanah renzina banyak terdapat di daerah berkapur seperti Gunung Kidul (Yogyakarta).
    2. Mediteran, meruapakn hasil pelapukan batuan kapur keras dan batuan sedimen. Warna tanah ini kemerahan sampai coklat. Tanah jenis ini meski kurang subur namun cocok untuk tanaman palawija, jati, tembakau, dan jambu mete.
    h. Tanah Pasir
    Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil. Sepertinya jenis tanah ini dijumpai di mana-mana.

Rabu, 05 Desember 2012

Hubungan Antar Makhluk Hidup

Indikator 7 UN 2013 :

Siswa dapat menjelaskan contoh hubungan antar makhluk hidup (salah satu jenis simbiosis)


Simbiosis berasal dari bahasa Yunani sym yang berarti dengan dan biosis yang berarti kehidupan. Simbiosis merupakan interaksi antara dua organisme yang hidup berdampingan.
Simbiosis merupakan pola interaksi yang sangat erat dan khusus antara dua makhluk hidup yang berlainan jenis. Makhluk hidup yang melakukan simbiosis disebut simbion.
Ada beberapa bentuk simbiosis yakni:
  • Komensalisme, adalah di mana pihak yang satu mendapat keuntungan tapi pihak lainnya tidak dirugikan dan tidak diuntungkan. Contoh: Ikan Remora dan Ikan HiuAnggrek dengan Pohon Mangga  


    Amensalisme, yaitu saat satu pihak dirugikan dan pihak lainnya tidak diuntungkan maupun dirugikan. contoh: Jamur Penisilin dengan Sarcoptes 


    Kompetisi, di mana kedua pihak saling merugikan, biasanya terjadi melalui kompetisi dalam memperebutkan makanan. 

    Netralisme, dimana kedua pihak tidak saling diuntungkan maupun dirugikan. Interaksi antar kedua spesies tidak menyebabkan keuntungan maupun kerugian bagi keduanya.


     
     HUBUNGAN YANG TERJADI ANTARA IKAN BADUT DAN ANEMON
    Penggemar film animasi Finding Nemo pasti tidak asing lagi dengan sosok ikan badut atau clown fish. Tokoh utama film tersebut memang terlihat lucu, lincah, dan menggemaskan.
    “Ikan ini juga tergolong jinak,” kata Silvester Basi Dhoe, Koordinator Perbenihan, Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. Ikan badut merupakan salah satu anggota famili Pomacentridae, dan yang paling dikenal saat ini adalah dari spesies Amphiprion ocellaris, si Nemo dalam film animasi tersebut.
    Ciri khas spesies ini mempunyai warna oranye cerah dengan hiasan garis putih pada bagian kepala, badan, dan pangkal ekor. Di alam bebas, keluarga ikan badut mencapai 29 spesies berwarna menyala, seperti kuning, oranye, kemerahan, hitam, dan putih dan semakin dipercantik dengan motif garis putih atau hitam pada tubuhnya.
    Di laut lepas, ikan ini hidup di sekitar terumbu karang dan daerah pantai dengan kedalaman laut kurang dari 50 m yang berair jernih. “Kalau hobi menyelam, pada kedalaman 7—15 m, biasa kita temukan anemon, istilahnya daerah soft coral. Nah, dia bersimbiosis dengan anemon itu,” tambah Silvester. Padahal bagi ikan jenis lain, anemon laut berbahaya karena tentakel beracun sehingga tidak sembarang menjadi tempat hidup. Anemon laut dan ikan badut ternyata menjalin hubungan timbal balik yang saling menguntungkan.
    Racun pada tentakel anemon laut yang dapat membunuh ikan dari spesies lain tidak berpengaruh pada sang Nemo. Pasalnya, tubuh ikan ini dilapisi lendir yang kebal terhadap sengatan tentakel. Jika ikan ini dipisahkan dengan anemon selama beberapa jam saja, kekebalan tubuhnya akan hilang, dan membutuhkan waktu lagi untuk mengembalikan kekebalan tubuhnya. “Tanpa anemon ini dia tidak bisa apa-apa, tidak bisa melangsungkan hidupnya dengan baik,” jelas pria asal Flores ini.
    Sebaliknya bagi anemon, makanan ikan badut berupa invertebrata kecil yang melekat pada tentakelnya membantu anemon terbebas dari parasit. Invertebrata ini umumnya membahayakan anemon. Selain itu, kotoran ikan badut juga memberikan nutrisi bagi anemon. Namun, setiap ikan badut berhubungan dengan jenis anemon tersendiri yang cocok sebagai tempat hidupnya.




    Referensi :
    http://id.wikipedia.org
    http://marinebuddies.files.wordpress.com
    http://www.agrina-online.com

    Benarkah Harimau Jawa Sudah Punah?


    Berdasarkan foto tahun 1957
    Profil Harimau Jawa
    Harimau Jawa adalah spesies karnivora besar yang hanya dapat ditemukan di Pulau Jawa (endemik). Harimau ini termasuk salah satu sub-spesies harimau (Panthera tigris) yang secara alami tersebar di Asia, mulai dari danau laut Kaspia, Siberia India, China, daerah kontinen Asia Tenggara hingga Kepulauan Nusantara. Meskipun secara umum, kebiasaan hidup Harimau Jawa sama dengan harimau lainnya. Namun berdasarkan fisiknya, sosok Harimau Jawa memperlihatkan ciri khas yang jauh ‘berbeda”.
    Bersama dengan singa, macan tutul dan jaguar, Harimau Jawa termasuk keluarga kucing besar (Felidae) yang menduduki posisi puncak dalam rantai makanan. Untuk menjamin tetap tersedianya hewan mangsa, harimau memiliki daerah teritorialnya sendiri. Pejantan umumnya memiliki luas daerah teritorial berukuran 10 x 10 km. Sedangkan betina memiliki daerah jelajah yang lebih kecil.
    Ukuran tubuh rata-rata harimau Jawa lebih besar dari harimau Sumatera dan harimau Bali, bahkan sedikit lebih besar dari harimau Malaya dengan panjang rata-rata 200-245 cm. Berat jantan berkisar antara 100-140 kg dan betina berkisar antara 75-115 kg (Tabel 1). Dibandingkan dengan subspesies lainnya, bentuk tubuh harimau Jawa termasuk yang paling unik


    Harimau Jawa  dinyatakan punah di sekitar tahun 1980-an, akibat perburuan dan perkembangan lahan pertanian yang mengurangi habitat binatang ini secara drastis. Ada kemungkinan kepunahan ini terjadi di sekitar tahun 1950-an ketika diperkirakan hanya tinggal 25 ekor jenis harimau ini. Terakhir kali ada sinyalemen dari harimau jawa ialah pada tahun 1972. Pada tahun 1979, ada tanda-tanda bahwa tinggal 3 ekor harimau hidup di pulau Jawa. Kemungkinan kecil binatang ini belum punah. Pada tahun 1990-an ada beberapa laporan tentang keberadaan hewan ini, walaupun hal ini tidak bisa diverfikasi.
     Di akhir tahun 1998 telah diadakan Seminar Nasional Harimau Jawa di UC UGM yang berhasil menyepakati untuk dilakukan "peninjauan kembali" atas klaim punahnya satwa ini. Hal tersebut karena bukti-bukti temuan terbaru berupa jejak, guratan di pohon, dan rambut, yang diindikasikan sebagai milik harimau jawa. Secara mikroskopis, struktur morfologi rambut harimau jawa dapat dibedakan dengan rambut Macan Tutul. Oleh karena itu hingga sekarang masih dilakukan usaha pembuktian eksistensi satwa penyandang status punah ini.

     Di akhir abad ke-19, harimau ini masih banyak berkeliaran di Pulau Jawa. Pada tahun 1940-an, harimau jawa hanya ditemukan di hutan-hutan terpencil. Ada usaha-usaha untuk menyelamatkan harimau ini dengan membuka beberapa taman nasional. Namun, ukuran taman ini terlalu kecil dan mangsa harimau terlalu sedikit. Pada tahun 1950-an, ketika populasi harimau Jawa hanya tinggal 25 ekor, kira-kira 13 ekor berada di Taman Nasional Ujung Kulon. Sepuluh tahun kemudian angka ini kian menyusut. Pada tahun 1972, hanya ada sekitar 7 harimau yang tinggal di Taman Nasional Meru Betiri. Walaupun taman nasional ini dilindungi, banyak yang membuka lahan pertanian disitu dan membuat harimau jawa semakin terancam dan kemudian diperkirakan punah pada tahun 80-an.

     Harimau jawa mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar dari pada Harimau Sumatera dan Harimau Bali. Harimau jawa jantan mempunyai berat 150-200 kg dan panjangnya kira-kira 2.50 meter. Betina berbobot legih ringan, yaitu 75-115 kg dan sedikit lebih pendek dari jenis jantan. Besar tubuh harimau jawa ini diduga karena adanya kompetisi dengan macan tutul dan ajak. Disamping itu ada hukum: semakin menjauhi garis Khatulistiwa maka ukuran tubuh harimau akan semakin besar, kecuali harimau bali.


    Penelitian terakhir

    Sensus terakhir tentang keberadaan harimau jawa dilakukan selama 1 tahun, yaitu sejak tahun 1999-2000. Survey selama 12 bulan ini berlangsung di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur, atas permintaan langsung kepala taman nasional, Indra Arinal, dan didukung oleh direktur konservasi flora dan fauna, Ir. Koes Saparjadi, karena adanya laporan dari beberapa orang staf taman nasional serta warga setempat yang menduga bahwa harimau jawa masih ada.
    Sebanyak 12 staf taman nasional dilatih dengan dibekali 20 unit kamera, selain itu juga mendapat bantuan dari yayasan "The Tiger Foundation" berupa 15 unit kamera infra merah dalam rangka memfasilitasi upaya sensus.
    Hasil sensus mengatakan: Tidak ada harimau jawa, hanya sedikit mangsa, banyak pemburu liar.

    Selasa, 04 Desember 2012

    Kasturi Kepala-hitam Hewan Langka dari Papua

    Deskripsi
    31 cm. Kasturi atau lebih dikenal dengan sebutan nuri mempunyai bentuk ekor yang melebar. Dada bagian atas dan kepala berwarna merah. Bagian mahkota kepala berwarna hitam. Bagian kepala bawah dan mantel berwarna ungu tua yang berlanjut sampai dada sehingga berbentuk seperti kalung. Paha dan bagian bawah ekor berwarna biru turkis. Daerah pinggang berwarna merah dan ekor bagian atas berwarna biru turkis. Sayap bagian atas berwarna bijau dan sayap bagian bawah berwarna merah.
    Suara
    Rangkaian siulan pendek atau pekikan merdu, lebih menyerupai suara Mino emas dari pada nuri. Kadang mengeluarkan rangkaian nada identik yang monoton menyerupai suara elang alap.
    Belum tersedia rekaman suara yang diambil dari wilayah Indonesia.
    Persebaran dan Ras
    Di seluruh P. Papua, kepulauan Papua Barat (Waigeo, Batata, Salawati, Misool), dan beberapa pulau di Teluk Cendrawasih: Yapen, Meos Num, dan Biak. Terdapat tujuh sub-spesies yang dikenal:
    L l. lory. Ciri yang nyata pada anak jenis ini adalah warna biru pada daerah tengkuk dan melebar ke arah punggung sampai ke bagian dada, perut, serta tungging. Pada sayap bagian bawah mulai dari pangkal sayap sampai ke bagian ujung berwarna merah, kuning, dan hitam. Pada burang yang belum dewasa, mantel ungu di tengkuk belum menyatu dengan daerah perutnya. Penyebarannya meliputi bagian kepala burang Papua dan Papua llnral.
    L. l. erythrothorax (red-breasted lory). Ciri yang mudah dilihat adalah mantelnya berwarna ungu melingkar tidak penuh pada bagian leher. Pada bagian punggung, dada, dan tungging terdapat warna biru yang terpisah satu saina lain. Pada sayap bagian bawah mempunyai warna yang mirip donga nL. l. lory. Penyebarannya meliputi Papua bagian selatan yang meluas ke arah Papua Nugini (di utara sampai Semenanjung Onin dan di selatan sampai Semenanjung Huon).
    L. l. somu (nuri somu). Ciri pada anak jenis ini adalah tiadanya mantel ungu di tengkuk. Penyebarannya meliputi P. Papua bagian tengah.dan daerah bagian selatan PapuaNugini.
    L.l. salvadorii (nuri salvadori). Ras nuri ini mirip dengan L. l. erythrothorca, tetapi warna ungunya lebih dominan dibanding hitam. Warna ungu ini meluas sampai daerah bawah sayap. Penyebarannya meliputi P. Papua bagian utara, dari Aitape sampai Teluk Astrolabe.
    L. l. viridicrissalis. Anak jenis viridicrissalis mirip dengan anak jenis salvadorii, tetapi warna daerah dadanya lebih dominan hitam serta meluas sampai bawah sayap. Penyebarannya meliputi P. Papua bagian utara, dari Teluk Humboldt sampai Sungai Memberamo.
    L. l. jobisiensi (nuri jobi). Ciri nuri jobi hampir mirip dengan L. l. salvadorii, tetapi warna merah di dada dan ungu di bagian mantelnya lebih pucat. Penyebarannya meliputi P. Yapen dan Mios Num di Teluk Geelvink.
    L. l. cyanauchen (nuri biak). Ciri khas nuri biak adalah warna biru pada bagian tengkuknya bersatu dengan warna hitam di mahkotanya. Mantel ungu ini melingkar tidak penuh. Pada bagian punggung terdapat pula warna biru yang melebar ke bagian dada teras ke arah tungging. Pada sayap bagian bawah terdapat warna biru, kuning, dan hitam yang tersusun dari pangkal sampai ke ujung sayap. Penyebarannya hanya terdapat di P. Biak di Teluk Geelvink.
    Tempat Hidup dan Perilaku
    Dapat ditemukan sampai ketinggian 1200m (jarang sampai 1750m). Biasanya berpasangan atau dalam kelompok kecil, 10 atau lebih individu mencari makan pada pada lapisan tajuk bagian tengah pohon berbunga. Burung yang pendiam dan tidak mencolok ketika bertengger. Memakan nektar, bunga, buah, dan serangga
    English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified