Hari jum’at adalah hari yang disucikan oleh umat muslim. Bagi para lelaki, diwajibkan untuk melaksanakan sholat jum’at di mesjid-mesjid terdekat. Tentu saja hal ini juga berlaku di SD Islam Bunga Bangsa. Seluruh siswa putra harus mengikuti ritual sholat jum’at di Musholla Bunga Bangsa yang terletak di lantai 3 SMPIBB.
“Doni, aku ke toilet dulu ya. Kamu wudhu duluan aja,” kata Dani tiba-tiba ketika rombongan kelas 6 bergerak menuju musholla. Karena sudah sangat kebelet ingin buang air kecil,
Dani segera berlari masuk ke toilet tanpa membaca doa terlebih dahulu. Entah mengapa tiba-tiba ia merasakan suasana yang berbeda. Ruangan ini memang cukup besar. Terdapat 4 buah kamar kecil, 3 buah wastafel dan 5 buah keran untuk berwudhu. Tiba-tiba saja, lampu di ruangan itu menjadi redup. Suasana sunyi mencekam semakin terasa. Membuat bulu kuduknya jadi merinding.
Dani segera berlari masuk ke toilet tanpa membaca doa terlebih dahulu. Entah mengapa tiba-tiba ia merasakan suasana yang berbeda. Ruangan ini memang cukup besar. Terdapat 4 buah kamar kecil, 3 buah wastafel dan 5 buah keran untuk berwudhu. Tiba-tiba saja, lampu di ruangan itu menjadi redup. Suasana sunyi mencekam semakin terasa. Membuat bulu kuduknya jadi merinding.
“Ya Tuhaan, ni toilet kok nyeremin amat ya. Biasanya juga nggak gini-gini amat,” katanya bergumam.
“Ya ampuun, ni air kencing kok nggak berenti-berenti sih! Pasti karena aku kebanyakan minum tadi. Ayo dooong cepetin...” keluhnya pada dirinya sendiri. Dani jadi teringat cerita Dufan kemarin sore mengenai keadaan toilet sekolah.
“eh, teman-teman, dengerin aku. Aku punya berita penting,” kata Dufan dengan nafas terengah-engah. “tau nggak sama pak Edi cleaning servis. Katanya hari ini dia mengundurkan diri.”
“Kenapa, kok tiba-tiba berhenti?” tanya Evan penasaran.
“Kabarnya sih karena toilet yang ada di bawah musholla,” kata Dufan penuh semangat. “Begini ceritanya. Seperti biasanya, kemarin sore pak Edi membersihkan sekolah termasuk toilet yang disana, dibawah musholla. Pas beliau lagi ngepel disana, tiba-tiba aja salah satu keran yang ada disitu menyala. Tentu aja beliau kaget. Tapi segera aja tu keran dimatiin. Eeee... nggak sampai semenit, keran yang sudah dimatikan malah menyala dengan derasnya. Bukan Cuma satu, tapi semua keran menyala habis. Nggak nunggu 1, 2, 3 ... Pak Edi langsung lari tunggang langgang. Dan kabarnya, sangking ketakutannya beliau jadi jatuh sakit.”
Cerita Dufan kemarin, cukup membuat hatinya menciut. Jantungnya berdetak semakin kencang. “Mbaah, alam kita beda lho. Jadi jangan ganggu cucumu ini ya,” gumam Dani gemetaran. Bukannya makin tenang, tangannya malah makin gemetaran. Sejenak ia merasa ada sesosok misterius berdiri di belakangnya. Perasaan takutnya semakin membuncah. Namun, dipaksakannya untuk menoleh ke belakang. Dan benar saja, sesosok bayangan gelap berdiri persis di belakangnya. Sedetik kemudian ia merasa jantungnya berhenti berdetak. Lidahnya kelu tak bisa berkata-kata. Matanya membelalak ketakutan. Wajahnya pucat pasi laksana kertas.
“Hei! Kamu kenapa? Bengong mulu, kayak habis lihat hantu aja!” sapanya tiba-tiba.
“Ya Allah! astaghfirullahal”adziim ... kupikir kamu tu hantu Don!” jawab Dani setelah rasa kagetnya hilang.
“Enak aja!” kata Doni sewot. “Aku mau kencing dulu. Agak jauhan aja. Nanti aku dikira hantu lagi,” katany seraya bergerak menjauh.
“Don, kamu ngerasa lain nggak?” tanya Dani yang tengah menyelesaikan aktivitasnya.
“Maksudnya?” tanya Doni tidak mengerti.
“Rasanya suasana toilet ini menyeramkan. Kayak ada dan tiada gitu lho,” jelasnya sambil membasuh kedua tangannya.
“Masa’ sih. Jangan nakut-nakutin dong. Aku jadi ikut takut nih,” jawab Doni. Ia jadi ingat dengan film horor yang tadi malam ditontonnya. dan memang si hantu sering muncul di toilet.
“Eh, Don ... Don, lihat tuh! Ada tali pocong!” teriak Dani ketakutan.
“Mana ... mana ...” kata Doni.
“Itu tuuh, di dekat kaca. Kabuuuur...” teriak Dani sambil berlari kencang.
“Eeeeh ... tunggu akuuu, aku belum selesai niiih!” teriak Doni panik. Ia bingung setengah mati. Aktivitasnya benar-benar belum selesai, malahan semakin deras. Segera saja ia keluar dari kamar mandi dan meneruskan kebutuhan alamnya di loker sepatu dekat pintu keluar. Begitu selesai, segera saja ia lari tunggang langgang meninggalkan toilet. Walhasil, sudah bisa dipastikan bagaiman wanginya toilet tersebut, karena telah ditaburi parfum alami.
__@@__
“Eh Dan, beneran kah yang kamu lihat tadi,” tanya Doni penasaran setelah mereka melaksanakan sholat jumat.
“Enggg ... nggak tau. Hei, kamu khan tadi juga ikut lari. Sudah cebok belum?” tanya Dani.
“Boro-boro nyuci, kencing selesai aja sudah syukur. Tapi, aku benar-benar penasaran. Habis ini kita ke sana lagi yuk!” ajak Doni.
“Ih, enggak ah! Serreeeem!” jawab Dani menggidik. “Memangnya kamu nggak takut?”
“Takuut siih, tapi aku benar-benar penasaran. Ayo! Kita kesana,” ajak Doni sambil menarik paksa temannya. Dengan berat hati Dani mengikuti langkah Doni. Begitu sampai di depan toilet, mereka berhenti sejenak untuk membaca doa. Dengan harapan hantu toilet segera kabur atau terbakar atau tersiksa, atau apa sajalah. Pokoknya mereka tidak ingin melihatnya lagi. Doni segera membuka handle pintu dengan perlahan. Begitu pintu terbuka, segera saja aroma terapi menerpa penciuman mereka.
“Eh Don, kamu tadi makan jengkol ya? Jangankan manusia, hantu aja bakalan ngacir karena nggak tahan sama baunya,” protes Dani sambil menutup lubang hidungnya. Seolah tidak mendengar protesan dari Dani, Doni beranjak masuk dengan sangat hati-hati. Matanya nanar menyapu setiap sudut ruangan.
“Tadi pocongnya di dekat kaca ya?” tanya Doni.
“he-eh,” jawab Dani sambil bersembunyi di punggung Doni. Kali ini ia benar-benar ketakutan. Sebenarnya ia sangat menyesali keputusannya untuk mengikuti Doni. Mulutnya tak henti-henti melafalkan semua surah yang sudah dihafalnya.
“Warnanya hitam?”
“he-eh”
“Digantung di samping kaca”
“He-eh”
“Panjangnya sekitar 40 sentimeter?”
“He-eh. Eh, kok kamu tau? Aku kan nggak bilang sampe panjang sama warna,” tanya Dani keheranan.
“Huuuh ... dasar semprul! Niih! Benda yang kamu bilang pocong, ternyata Cuma botol minuman yang dibungkus pake plastik hitam. Dasar dodol! Gara-gara kamu yang penakut, aku jadi kena imbasnya,” kata Doni kesal sambil meninggalkan Dani yang melongo sendirian. Ups! Maaf kawan. Lain kali aku akan lebih hati-hati lagi deh :-)
NB. Berdasarkan permintaan yang bersangkutan, semua nama tokoh cerita disamarkan
NB. Berdasarkan permintaan yang bersangkutan, semua nama tokoh cerita disamarkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar